Bermotor ria ke pantai Sengigi

Masih pada hari yang sama ketika kami berkunjung ke taman Narmada beserta pura-pura yang beken di Lombok.....


Matahari masih bersinar terik dan saya sudah mulai bosan menunggu Sapi yang sedang asyik berkeliling pura. Beberapa menit kemudian Sapi nongol. Yipiee, akhirnya tuh bocah nongol juga. Saatnya lanjut ke pantai Sengigi. Kami tidak mengira perjalanan menuju Sengigi amat sangat memacu adrenalin. Apalagi kalau menggunakan motor.  Ah Sapi, elo emang berbakat untuk nyetir motor seharian. Meski elo bilang udah lama gak pernah naik motor, dan agak kagok naik motor matic, buktinya kan kita selamat melalui jalan naik turun serta kelokan tajam yang terdapat di daerah Senggigi tersebut. Kekeke:D. 
Dalam perjalanan menuju Sengigi, saya melihat banyak turis yang lalu lalang di sekitar hotel-hotel dan warnet yang terdapat di sana. Lalu saya melihat cowo bule backpacker yang sedang berjalan bersama temannya. Dia membawa backpack berukuran sedang dipunggungnya, gitar, papan surfing berukuran kecil, dan peralatan snorkeling. Saya takjub, itu barang bawaannya banyak banget dan lebih beragam daripada kami berdua. Tapi dia masih bisa jalan santai bersama temannya. Sedangkan kami, cuma bawa baju dan makanan tapi kalo jalan udah kaya udang bungkuk dan selalu terburu-buru,karena keberatan beban.
Tanjakkan dan turunan yang terjal, membuat kami panik sekaligus membuat kami menjadi lebih bawel. “Sapiiiiii, ati-ati Pi, ada tanjakkan terjal.” kata saya panik. “Iyaaa gw juga tau itu tanjakkan, lo jangan gerak Mal, kalo lo gerak, bisa oleng motornyaaa.” ujar Sapi menimpali. “Okeeee” jawab saya. Beberapa menit kemudian kaki saya digigit serangga dan gatelnya gak nahan. Harus digaruk. “Sapiii, kaki gw gatel, mesti gw garuk, aduuhhh gatellll.” Akhirnya saya garuk. Dan Sapi mulai mencak-mencak. “Malaaaaa, kita masih jalan ini motornyaaaah, jangan gerak dolooo, gerakan sekecil apapun dari lo bisa bikin motor oleng Maaaall!” Walaupun motor sedikit oleng, tapi kami baik-baik saja. Dan motor masih melaju, meski Sapi masih ngomel-ngomel. Hehehe.

Inilah mbak yang nyetir motor yahud! hihi


Kelokan yang luar biasa tajam


View dari atas bukit


 Kami mengira pantai Senggigi memiliki banyak pantai terbuka yang dapat diakses banyak orang.  Namun setelah kami di sana, Senggigi dikelilingi oleh perbukitan, dan untuk ke daerah pantai terbuka kami masih harus berkendara lebih jauh lagi. Karena kami sudah lelah dan lapar, akhirnya kami memutuskan untuk berhenti di pinggir jalan yang ada akses menuju pantai. Dan sepertinya disitu juga terdapat perumahan nelayan meskipun tidak begitu padat. Kami memarkir motor di rumah makan yang terletak di pingggir jalan tidak jauh dari pantai. Lalu berjalan kaki menuju pantai. Pantainya sepi, namun dipenuhi oleh perahu nelayan dan ada beberapa nelayan yang beristirahat. Sempat berfoto-foto sebentar, karena pantai terlalu sepi kami tidak berani berenang di sana. Lebih baik kami berjalan menyusuri pantai sebentar, lalu makan siang di warung tempat kami memarkir motor.

Warung tempat kami makan dan parkir motor

Salah satu pantai terbuka yang terdapat di daerah Sengigi


Sapi memesan mie rebus beserta telur, sedangkan saya memesan nasi beserta ikan teri dan sedikit sayuran. Ternyata saya kebagian sisanya saja, karena beberapa lauk sudah mulai ludes. Sambil meminum es teh manis, kami bercengkrama tentang perjalanan kami tadi. Kami juga tidak sabar untuk melakukan perjalanan ke Kuta, Lombok. Saya mendapat info bahwa kalau ingin ke Kuta, lebih baik pagi hari, lalu segera pulang sebelum malam tiba. Karena daerah tersebut masih rawan maling dan cukup berbahaya. Terlebih lagi, ketika balik dari pura Lingsar saya sempat bercengkrama dengan penduduk sekitar, daerah Kuta memang masih rawan maling, karena penduduknya banyak yang tidak berpendidikan. Saya makin deg-degan, berarti gak mungkin perjalanan ke sana naik motor. Selain jaraknya jauh, dari Cakranegara-Kuta Lombok bisa menempuh waktu 2 jam, Sapi juga pasti gak mau naik motor lagi. Bisa gempor dia. Setelah selesai makan, kami segera balik ke rumah om Nanu untuk beristirahat. Dan bilang kalo kita butuh mobil sewaan yang murah, untuk dipake ke Kuta. Akhirnya kami menyewa xenia, dengan harga sewa Rp. 215.000,- seharian.  Harga tersebut cukup murah dibandinginkan dengan harga pasarannya. Kami bersyukur ada om Nanu yang membantu kami, hehe. Makasih ya om!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Situbondo, Taman Nasional Baluran a.k.a Africa van Java