Saatnya Pulang ke
Jakarta
Sebenarnya saya hanya
ingin mengakhiri tulisan tentang backpacking ini. Namun, nanggung bener, kegalauan saya
setelah melakukan backpacking seharusnya saya tulis juga kan? Supaya
lebih afdol. Hari terakhir di Pacitan saya mendapatkan telepon dari calon hostfamily
saya. Jadi begini ceritanya. Seperti yang sudah saya bahas sebelumnya, saya
melakukan backpacking ini karena galau. Gak tau sehabis mengundurkan
diri jadi guru mau ngapain. Sehingga saya mencoba untuk menjadi aupair
lagi. Kali ini negara yang saya tuju adalah Belgia. Karena persyaratan untuk
menjadi aupair, hanya bisa sekali di satu negara selama setahun. Gak
disangka, ketika saya sedang ngelepus tidur, hape saya berdering. Pas
saya lihat, lah kok nomor luar negeri. Hadoh. Saya lupa perbedaan waktu
Belgia,6 jam lebih lama. Jadi Belgia masih siang sedangkan Indonesia sudah
malam. Akhirnya saya angkat saja. Lucunya saya cuma jawab : “ja ja, oke. Is
goed” Padahal saya juga gak ngeh ini orang ngomong apaan di telepon. Mungkin
karena saya hanya menjawab ya ketika
ditanya, akhirnya mereka memilih saya jadi aupair mereka. Bahahaha.
Lucu? Aneh? Kok bisa langsung diterima gitu
aja? Sebenernya sebelum hostfamily menelpon saya, mereka sudah melihat profil
yang saya apply. Beserta CV dan pengalaman saya sebagai aupair sebelumnya.
Dan kemungkinan besar, karena saya kenal dengan aupair mereka yang akan
saya gantikan. Kami sempat kenal dan ketemuan sewaktu di Rotterdam dulu. Saya
juga sudah membaca profil keluarga calon hostfamily saya, jadi saya
memang aware sekali dengan situasi kondisi calon hostfamily saya
ini. Well, setelah saya menerima telepon, tangan saya gemetaran. Karena gak
nyangka secepat itu prosesnya. Dan saya senang banget! Sudah mendapat lampu
hijau untuk berangkat ke Belgia. Yeay!
Namun saya merasa sedih juga harus pulang kembali
ke Jakarta. Sendiri pula. Saya merasa perjalanan saya kali ini seperti ‘rumah’
untuk saya. Tidak merasa kangen untuk kembali ke Jakarta. Pulang ke Ragunan, rumah orang tua saya. Perjalanan
ini adalah ‘rumah’ saya untuk sementara….
Naik bis antar kota antar provinsi sendirian
dari Pacitan ke Lebak Bulus bikin dag dig duer juga. Harus aware sama
barang bawaan, kudu cepet-cepet ke wc karena takut ditinggal bis, karena gak
ada teman yang bisa kasih tahu supir bis kalo saya masih di wc. Tapi entah
kenapa saya merasa perjalanan pulang ke rumah terasa lebih cepat. Meskipun saya
lalui dengan terbengong-bengong sepanjang jalan. Memikirkan langkah selanjutnya,
apa yang harus saya lakukan untuk masa depan saya.
Setibanya saya di rumah, saatnya menghitung
pengeluaran. Ternyata masih ada sisa! Alhamdulillah! Saya gak boros
selama di perjalanan, lumayan untuk persiapan ke Belgia. Reaksi orang tua saya biasa
saja melihat saya, kirain bakalan terharu karena anak perempuannya pulang
dengan selamat. Ternyata hahaha, mereka seperti melihat saya pulang dari kuliah.
Cuma bawa gempolan backpack aja di punggung. Ragunan, aku kembali tapi
untuk sementara. Perjalanan selanjutnya, Belgia!
Komentar
Posting Komentar