Daredevils di pulau Sempu

  Bermalam di pulau ini merupakan salah satu hal yang tidak akan saya lupakan. Memang sih ramainya amit-amit, tapi ketiadaan barang-barang elektronika membuat otak lebih relax. Anak-anak muda di tenda sebelah kami bermain dengan gitar sambil bernyanyi. Suara debur ombak yang menenangkan. Gak ada hal yang harus dipikirkan rasanya seperti blessing. Bintang-bintang bertebaran di langit malam, bintang jatuh setiap menit selalu muncul. Gugusan Bimasakti yang hanya dapat dilihat dari pulau ini, karena ketiadaan polusi cahaya. Arggh pengen rasanya balik ke masa ini! Huhuhu. *Sekarang saya hanya bisa menceritakan kembali tentang pengalaman saya ini dari meja belajar saya di rumah -______- .*

  Paginya, ketika matahari masih malu-malu, kami terbangun. Saya kebelet pipis. Mas Edo menyarankan untuk pipis di pantai paling ujung dekat dengan karang. “Lu liat itu batu karang kan Mal? Ya udah lu jalan terus sampai sana, liat tempat yang sepi en pesing. Berarti itu tempat buang hajat,” kata mas Edo. Saya sambil jalan cepat menuju tempat yang ditunjuk bersama Sapi dan Nida, hahah, pipis harus lah bareng-bareng biar ada yang jagain. Ketika mas Edo yang pipis, ya kami jagain aja dari jauh, hehehe.



Pemandangan pagi di pulau Sempu, bermain bola sepak





Penuh dengan tenda, penuh anak-anak muda juga pastinya

  Kami sarapan roti dan bubur havermout. Gak tau deh rasanya enak apa gak, yang penting perut terisi. Sarapan campur-campur disertai minum air putih yang banyak supaya gak dehidrasi. Acara selanjutnya adalah bengong-bengong, melihat pemandangan Segara Anakan yang jernih, mendengarkan debur ombak yang datang dari sela-sela batu karang, sambil berjalan mengelilingi pantai. Ombak yang masuk ke Segara Anakan berasal dari lautan lepas yang terdapat di luar pulau.



Air yang masuk dari sela-sela batu karang, berasal dari lautan lepas yang berada di balik tembok batu karang ditumbuhi pepohonan.

  Nah saya mau menceritakan mengenai anak-anak muda yang pemberani alias nekat atau bisa juga disebut dengan daredevil *penantang maut*. Kebetulan pagi itu kami ingin memanjat bebatuan karang untuk melihat lautan lepas yang berasa di balik pulau Sempu. Rumor mengatakan benua Australia dapat terlihat dari atas tebing yang akan kami panjat. Tapi ternyata bullshit hahahaha, boro-boro benua Australia, wong yang keliatan cuma pulau kecil bersebelahan dengan pulau Sempu! Ketika saya mencoba menapaki karang-karang yang tajam, ngerinya itu loh, takut jatuh dan berdarah. Karena tebing karang yang kami panjat bersiluet tajam setajam silet *eaaaaaaaaahh, entertainment gosip di bawa-bawa, hehe*.



Nida masih sempet bergaya, lah saya?!udah ketar ketir takut kejungkal -_-



Terlihat jelas kan, tajamnnya batu karang yang menuju atas bukit Sempu, sumpah ngeri kejungkal, keguling, lalu berdarah-darah. Untungnya semua itu gak terjadi, alhamdulillah ya Allah.


  Daredevil yang mau saya ceritakan adalah anak-anak muda atau mungkin juga manusia setengah baya yang berani manjat tebing paling tinggi di Sempu. Bookkkk, itu gak ada pengamannya, kalau jatuh ya wassallam. Gak ada P3k juga gitu, apalagi ambulance. Dan pada zaman saya ke pulau ini, selfie belom ngetop-ngetop banget kok. Jadi saya heran aja, kok mereka berani-berani amat naik ke tebing yang terjal dan lumayan tinggi?? Mungkin emang pada sadarnya anak gunung. Jadi gak afdol kalau belom manjat tebing, hihi. Saya juga melihat monyet-monyet yang berada di pulau ini. Mereka makan makanan bekas yang pengunjung buang. Huhuu. Sedih deh. Banyak juga sampah-sampah yang bertebaran...... Kenapa gak di bawa pulang sih sampahnyaaa? Mas mbak??? Kami setidaknya sudah siap-siap bawa plastik untuk sampah makanan dan botol. Karena kami dari awal sudah mengetahui tidak ada sarana dan prasarana yang memadai di pulau Sempu.



Ini adalah salah satu daredevil kita, yang sedang bengong, duduk di sebelah abg bertopi. Masnya itu duduk di pinggir tebing karang hahaha, kalau ada orang iseng ngagetin doi, bisa nyemplung  ke laut dan diterjang ombak... Sedang mikirin pacar mungkin...



Pemandangan dari atas tebing karang yang setajam sileettttt :P






Pulau kecil yang berada di tengah laut lepas bukan benua Australia ya, hahaha.



Lihatlah tebing karang yang perkasa ini, diperawani oleh daredevils muda mudi Indonesia bernyali tinggi :p



Untuk perbandingan saja, saya meng-upload tiga foto dengan objek yang sama, namun objeknya di zoom supaya daredevils-nya terlihat jelas, hehehe.



Gambar terakhir yang memperlihatkan daredevils Indonesia di atas tebing tertinggi pulau Sempu. Ada pelopor selfie juga ternyata haha.

  Setelah bengong-bengong di atas tebing karang, kami balik ke pantai untuk berenang!! Yipie, maen air, dan ber-snokeling ria. Dan saya sempat meminjam perahu karet milik seorang abg yang gak sengaja ketemu di toko Do-Rent! Hahahhaha, imut banget gak sih, bisa ketemuan lagi di pulau Sempu. Hihihi. Sapi, Nida, dan saya sempat berhompimpa alaium gambreng, untuk mengundi siapa yang bakalan nanya untuk meminjam perahu karet si abg tersebut. Saya deh yang jadi korbannya, huhuu. Dengan modal pede jaya en sok sok manis-manis abg nanya ke abg cowo hahaha, doi akhirnya meminjamkan perahu karetnya. Hoera! Senang banget deh, bisa berperahu di Segara Anakan. Airnya jernih sekali. Dan banyak ikan kecil-kecil. Seru banget pokoknya!



Kebahagiaan kami terpancar dari punggung kan? Hahaha, aahhhh, saya suka sekali dengan pantai..



Masnya galau sendiri, bikin kastil pasir sendiri, bengong sendiri... Haduh mas e’



Bye-bye abg labil, sampai berjumpa lagi!



Birunya Segara Anakan

  Puas bermain air, kami memutuskan untuk kembali ke Malang. Setelah tenda dibereskan, kami menyiapkan segala sesuatunya untuk keluar pulau. Sampah-sampah bekas makanan dan minuman kami bawa kembali untuk dibuang di tempat sampah di luar pulau. Sedih deh harus meninggalkan pulau ini, tapi yang jelas, pulau di Indonesia masih banyaaaaaaaaakkk banget yang harus dijelajah. Pikir positif Mal! Nanti jalan-jalan lagi keliling Indonesia bersama suami *wing-wing*.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Situbondo, Taman Nasional Baluran a.k.a Africa van Java