Hari Terakhir Melihat Penyu Segede Bagong dan Menyentuh Tanaman Laut yang Berambut,hiii


                Kesempatan terakhir untuk menikmati indahnya Gili Trawangan, saya lakukan dengan bersnorkeling ria. Berhubung baru pertama kali mencoba, ketika ditanya oleh pak Marjan (pemandu sekaligus petugas penangkaran penyu di Gili Trawangan), “Mau pake pelampung atau tidak?” tanya pak Marjan. Saya dengan sotoynya menjawab, “Gak usah pak, saya bisa berenang kok.” Namun ketika sudah mulai ke tengah, dan melihat ada perbedaan signifikan warna air laut, saya panik. Langsung terengah-engah, dan muncul ke permukaan untuk mengambil napas. “Pak Marjan, saya pake pelampung aja deh.  Takutnya capek abis arusnya agak kuat,” setengah teriak ke pak Marjan. “Ya udah emang mending pake pelampung, jadi kamu gak capek dan bisa menikmati pemandangan bawah laut dengan santai,” sahut pak Marjan. Padahal saya malu juga, baru berenang beberapa meter sudah panik duluan karena air laut mulai dalam.

Bintang laut, foto ini diambil ketika air sedang surut

                Dan ketika saya sedang snorkeling di tengah laut, travel mate saya malah tidur. Ya, dia asik tidur di losmen karena capek akibat malam sebelumnya, keliling Gili dengan menggunakan sepeda, lalu nongkrong di café pinggir pantai. Sayang sekali, kau Sapi, tidak melihat keindahan bawah laut Gili Trawangan. I admit it, Gili Trawangan underwater is really nice to see and to explore.  Laut yang jernih, karang dan ikan-ikan yang tadinya cuma bisa dilihat di tv, sekarang bisa saya lihat dari dalam air langsung! Pak Marjan menyelam sekaligus menjelaskan beberapa jenis-jenis karang yang terdapat di Gili Trawangan, dengan cara menunjuk karang-karangnya, lalu kemudian berenang ke permukaan air dan menjelaskannya pada saya. “Ada sejenis karang yang berkelap kelip seperti lampu di pohon Natal, sehingga dinamakan Stone Christmas, kalau disentuh bagian atas karang, maka dia akan menguncup seperti tanaman putri malu” cerita pak Marjan. Kemudian pak Marjan menyelam kembali, dan mengambil salah satu tanaman laut yang disebut dengan kembang pakis. Lucu bentuknya, seperti bintang laut, hanya saja lebih berambut. Hehehe. Lalu saya juga melihat penyu segede bagong. Pak Marjan menjelaskan, bahwa yang barusan kami lihat adalah jenis penyu hijau. Beliau juga menjelaskan bahwa ada 7 jenis penyu di dunia, 6 diantaranya terdapat di Indonesia. Termasuk penyu hijau.

Tampang saya ketika sedang nongkrong di cafe pinggir pantai,keke

                Pak Marjan juga menjelaskan tentang ‘Tebing Trawangan’ yang terdapat di bawah laut sekitar Gili Trawangan. Jika warna air laut masih hijau pertanda air masih cetek atau belum dalam, sedangkan sudah biru tua, pertanda perairan sudah mulai dalam. Perbatasan antara kedua warna air laut tersebut terdapat tebing dalam laut. Begitu saya melihat dengan mata kepala sendiri, ya, memang seperti tebing, dan begitu melihat warna biru yang semakin pekat, saya langsung berenang menjauh. Karena sudah mulai panik. Meskipun saya sadar, kalau saya menggunakan pelampung tapi tetap saja, reaksi saya terkadang suka berlebihan melihat perbedaan kedalaman air laut.

Suasana pelabuhan Gili Trawangan

                Setelah 2 jam lebih snorkeling, dan hampir mengelilingi seluruh pulau, saya buru-buru pamit ke pak Marjan. Selain kebelet pipis, saya juga sudah harus balik ke Mataram bersama Sapi. “Paaaak, makasih ya atas latihan snorkeling hari ini. Ngomong-ngomong, wc di mana ya pak? Saya kebelet mau buang air kecil,” tanya saya. “Lah, kamu kenapa gak pipis di laut aja tadi? Tapi ya gak usah bilang-bilang kalo kamu pipis di laut, hahaha,” jawab pak Marjan sambil terkekeh. “Laaah, pak, emang boleh pipis di laut? Saya gak tega sama hewan-hewannya pak, makanya saya tahan-tahan ini pipisnya,” sahut saya sekenanya. “Ya udah, kamu balik ke losmen depan penangkaran penyu. Di sana ada wc. Saya harus memandu orang lain lagi soalnya, sampai jumpa lagi ya!” lambai pak Marjan. “Oke paak, makasih juga, sukses buat bapak!” sahut saya sambil berlari.
                Aaaah, laut biru nan jernih, memang membuat hari jadi lebih ceria. Meskipun travel mate saya sedang asik-asiknya molor, ketika saya sedang snorkeling. Tapi toh saya gak nyesel pergi snorkeling sendiri dan saya jadi ingin mencobanya lagi. Mungkin masih ada kesempatan dalam perjalanan kali ini, setidaknya kudu nyoba snorkeling bareng  Sapi, pikir saya sambil berjalan menuju losmen untuk bersiap-siap pulang ke Mataram.

Rombongan turis yang baru tiba di pelabuhan Gili Trawangan


Komentar

  1. maalaaaaaa, odooonn ga mau pipis di lauutt ahahhahahahah
    yeppp! lets go back to gili, lets do tons stupid yet amazing things together, lets get lost again and again and be amazed at last!
    olalalalalalalaaa!

    BalasHapus
  2. oui oui!!!! let's do that again!!! kapan kira2?hahahah, ajak si mas lo itu, kalo kita mau pergi ke daerah antah berantah, lumayan, ada tenaga tambahan,hahaha

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Situbondo, Taman Nasional Baluran a.k.a Africa van Java